"Ibu, ibu kenapa sih kalo pagi selalu buru-buru?", pertanyaan si bungsu suatu kali. Si bungsu ini setiap hari berangkat ke sekolah bersama saya, karena sekolahnya searah dengan sekolah tempat saya mengajar. Jam 06.15, kami berdua sudah on motor cycle to school. Jarak ke sekolah yang hanya beberapa ratus meter dari rumah, membuat kami bisa berangkat mendekati jam 06.30, saat bel masuk sekolah DKI dibunyikan. Sesampai di sekolahnya, setelah cium tangan saya biasanya si bungsu akan bertanya tentang berbagai hal, dan jawaban saya cuma satu, "oke"!. dan sayapun bergegas menuju tempat saya mengajar. Biasanya sekitar 1 atau 2 menit menjelang 06.30, saya sudah sampai di sekolah. Begitulah setiap hari.
Saya bahkan tak sempat untuk menjawab berbagai pertanyaan si bungsu, menuntun tangannya hingga sampai batas mengantar, memberikan pesan-pesan, dan melambaikan tangan kepadanya. Sesuatu yang saya perhatikan dilakukan oleh beberapa orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah. Para orang tua biasanya menunggu hingga anaknya masuk kelas dan melambaikan tangan. Sesekali, saya sempatkan menoleh sebentar ke arahnya, dan si bungsu sudah berlari masuk ke kelasnya tanpa menoleh sama sekali. Namun demikian, sibungsu terlihat senang pergi ke sekolah. Ketika kebetulan di gerbang dia bertemu dengan temannya, mereka langsung bercanda dan beriringan masuk kelas. Bahkan, bebera kali sibungsu minta dijemput agak terlambat, karena mau main bola dulu.
Dunia yang bergegas itu sudah mulai sejak bangun tidur. Alhamdulillah si bungsu, gampang dibangunkan. Setiap pagi paling lambat dia bangun jam 05.00 pagi. Sejak TK B, saya sudah ajarkan untuk menyiapkan seragam sekolahnya sendiri sebelum tidur, sehingga pagi hari tinggal pakai. Sekarang, ketika sudah SD, dia sudah menyiapkan baju yang akan dipakai untuk 5 hari ke depan. Hehehe... Si bungsu sudah tahu harus melakukan apa sejak bangun tidur; mandi, pakai seragam, menaruh baju kotor pada tempatnya, sholat subuh, sarapan, dan menunggu saya siap berangkat. Semua itu dilakukannya sendiri. Sesekali saja dia minta dibantu memasang dasi.
Sudah hampir setahun ini, saya memang sengaja tidak menggunakan asisten di rumah. Saya ingin melatih anak-anak belajar mandiri. Saya perhatikan, keberadaan asisten di rumah, membuat anak-anak hanya akan mengandalkan asisten (sebentar-sebentar menyuruh asisten). Sebagai orang tua, tentu saya tidak menginginkan anak-anak yang tidak mandiri. Anak-anak yang tidak mengerti tanggung jawab, anak-anak yang gamang ketika harus melakukan pekerjaan di rumah.Meskipun capek, ketidak-adaan asisten ini sudah mulai membuahkan hasil. Bagi si bungsu latihan kemandirian ini lebih mudah dia lakukan dibanding kakak-kakanya. Saya cukup mengarahkan sekali dan dia akan melakukannya tanpa harus diminta lagi. Agak berbeda dengan kakak-kakaknya yang masih harus sering diingatkan.
Benar, belajar di waktu kecil memang lebih mudah...